Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Monday, March 28, 2011

Backpacker : Kuala Lumpur

Hi backpackers.. Pada kesempatan kali ini saya sangat ingin berbagi cerita mengenai petualang pertama saya ke luar negeri dengan backpacker. Sungguh terasa sangat berbeda antara perjalanan wisata menggunakan travel agent dengan backpacker. Ada begitu banyak suka duka yang muncul pada saat melakukan backpacker, mulai dari kendala penginapan, makanan sampai bahasa. Akan tetapi secara keseluruhan perjalanan dengan backpacker sangat menyenangkan dan memberi pengalaman menarik yang tidak didapatkan jika kita menggunakan jasa travel agent.
Sebagai pemula, saya tidak terlalu kesulitan untuk mempersiapkan diri. Karena sudah banyak website maupun blog yang menyajikan tips-tips backpacker. Yang perlu diperhatikan hanyalah persiapan yang matang serta rencana ataupun rute perjalanan yang akan dilakukan.

Kali ini saya melakukan perjalanan backpacker ke Kuala Lumpur. Sungguh merupakan pengalaman pertama yang sangat mengesankan, karena perjalanan kali ini saya tidak mempersiapkannya dengan baik bahkan saya belum menentukan hotel atau penginapan tempat saya akan menginap. Tentunya saya sangat menyesali akan hal tersebut karena menganggap remeh.

Saya melakukan perjalanan dengan 4 orang teman saya. 2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Kami berangkat dari Soekarno Hatta Terminal 2D dengan menggunakan pesawat Air Asia yang sedang promo (Kami memperoleh penawaran sekitar Rp. 400rb PP). Tidak perlu mengurus bebas fiskal dan visa untuk ke Malaysia, sehingga lebih mudah. Kami hanya perlu mengeluarkan uang Rp. 150rb untuk biaya airport tax (saya merasa sangat mahal). Proses imigrasi di Bandara juga tergolong mudah dan cepat.

Perjalanan menuju Kuala lumpur memerlukan waktu sekitar 2jam. Selama perjalanan ada baiknya di manfaatkan dengan beristirahat. Setelah kurang lebih 2jam, kami mendarat di LCCT, merupakan Bandara di Kuala Lumpur untuk penerbagangan Lower Cost. Sehingga jangan berharap akan menjumpai bandara dengan interior yang keren seperti Changi ataupun KLIA. Akan tetapi meskipun kurang bagus, tetap lebih bersih dan rapi jika dibandingkan dengan Terminal 2 Soekarno Hatta.

Proses imigrasi di Malaysia juga berlangsung cepat dan tidak seketat di Singapore. Saya hanya ditanya akan tinggal berapa hari dan dalam rangka apa ke Kuala Lumpur. Tidak lebih dari 5 menit. Petugasnya pun juga ramah dan menggunakan bahasa Melayu meskipun saya sering kurang paham dia bertanya apa.

Setelah melalui proses imigrasi, kami langsung mencari restoran karena sejak pagi kami belum sarapan (dan ini merupakan kesalahan kami yang kedua). Setelah bingung menentukan akan makan di mana, akhirnya kami memilih untuk makan di Mc. Donals. Kami menghabiskan RM 15 untuk makan siang. Ternyata harganya hampir sama dengan di Jakarta. Oh ya, sebagai informasi Mc Donals di KL tidak menyediakan nasi, hanya kentang goreng sebagai pengganti nasi.

Setelah kenyang, kami langsung mencari Sky Bus yang akan mengantar kami ke Stasiun KL Sentral. Tidak sulit mencari Sky Bus karena Sky Bus berangkat setiap 30 Menit dan tiket dapat dibeli bersama pada saat membeli tiket air asia. Jika tidakpun kita dapat membeli tiket saat akan menaiki bus atau menggunakan Bus lainnya untuk mencapai KL Sentral, dengan ongkos antara RM 8.5 Sampai dengan RM 10.

Perjalanan antara LCCT-KL Sentral dapat ditempuh kurang lebih selama satu seperempat jam. Sekali lagi kami memanfaatkan waktu untuk tidur, karena pemandangan yang kami lalui tidak terlalu menarik.

Sesampai di KL Sentral, kita dapat memilih tujuan selanjutnya sesuai keinginan kita dengan berbagai macam moda transportasi. KL Sentral ini semacam pusat pertemuan berbagai moda transportasi ke berbagai tujuan daerah di KL. Akhirnya setelah berdebat agak lama kami memutuskan untuk menginap di daerah Central Market (Kesalahan kami ketiga karena tidak menentukan akan menginap dimana, sehingga menghabiskan waktu untuk berdebat).

Sebenarnya dari KL Sentral ke Central Market dapat ditempuh dengan berjalan kaki karena jaraknya hanya sekitar 1.5 KM. Akan tetapi untuk menghemat waktu kami memutuskan naik LRT dengan ongkos RM 1 per orang. Tiket dapat dibeli melalui mesin tiket otomatis maupun loket. Dari KL Sentral ke Central Market hanya melewati satu stasiun saja. LRT ini merupakan salah satu moda transportasi masal yang sudah terintegrasi dengan moda transportasi masal lainnya, seperti monorail, KTM Komuter maupun Rapid KL Bus.

Setelah sampai di Central Market kami masih berdebat kembali akan menginap dimana. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan ke daerah Chinatown. Tidak seberapa lama kami menemukan sebuah penginapan (namanya Lintel Inn, letaknya disamping hotel mandarin dan di belakang Seven Eleven). Penjaga hostel tersebut keturunan China yang tidak bisa berbahasa Melayu dan hanya mengerti sedikit Bahasa Inggris. Akhirnya setelah berkomunikasi kami memperoleh dua kamar dengan tarif RM 80 Per malam Per kamar, karena merasa cocok, kami langsung memesan untuk dua malam. Kamarnya cukup bersih meski tidak terlalu luas. Kamar sudah menggunakan AC dan pemanas air. Hanya saja kamar tidak berjendela. Satu kamar dapat diisi hingga 3 orang tanpa dikenakanakan charge. Kita juga sudah mendapatkan peralatan mandi dan dapat menggunakan fasilitas pantry untuk membuat kopi.

Setelah istirahat sebentar dan mandi, kami memulai petualangan kami di Kuala Lumpur. Tujuan pertama kami adalah KLCC. Ya tempat di mana Menara kembar Petronas berada. Kami menggunakan LRT untuk mencapai KLCC dari Central Market. Dari Central Market melewati 5 stasiun. Keluar dari stasiun KLCC, kita dapat langsung menemukan menara kembar petronas yang merupakan menara kembar tertinggi di dunia dan kebanggaan warga Malaysia. Kami sudah tidak sabar untuk mengabadikan foto dan bernarsis-narsis di bawah menara petronas. Sayang sekali pada saat itu cuaca sedang agak mendung sehingga dengan kamera kami, menghasilkan foto yang tidak begitu bagus.

Setelah puas berfoto-foto, tujuan kami selanjutnya sebenarnya adalah menuju KL Tower dengan berjalan kaki (karena dari Petronas terlihat sangat dekat). Akhirnya kami berjalan di sepanjang jalan Ampang. Tidak berapa lama berjalan di Jalan Ampang, kami mendapati gedung Malaysia Tourism Centre, kami memutuskan untuk masuk dan membatalkan kunjungan ke KL Tower. Disini kami memuaskan nafsu foto-foto kami. Kami juga masuk ke salah satu toko yang menjual cokelat Berryl dan pusat souvenir. Akan tetapi kami berpendapat harganya terlalu mahal sehingga kami tidak membeli satu barangpun disini. Kami hanya membeli minuman kaleng sebagai pelepas dahaga. Akhirnya setelah puas di sini, kami memutuskan keluar.

Pada saat keluar dari gedung Malaysia Tourism Centre, secara tidak sengaja saya melihat monorail melintas. Dan timbul dalam pikiran apakah kami dapat mencapai Bukit Bintang dengan monorail. Akhirnya kami bertanya dengan seorang security dan dia memberitahu kalo dapat. Kami hanya perlu berjalan menuju Stasiun Monorail Kebun Nanas. Tarif Monorail dari Kebun Nanas ke Bukit Bintang kalau tidak salah RM 1.2 dengan melewati 2 stasiun.

Bukit Bintang _ Surga Belanja dan Kuliner

Bukit Bintang itu ibarat Orchad Road di Singapura. Sebagai pusat perbelanjaan, daerah Bukit Bintang dipenuhi dengan berbagai Mall. Berbagai mall terkenal dan memberikah harga yang bersaing ada disini. Mulai dari Bukit Bintang Plaza atau biasa disebut BB Plaza, Sungai Wang Plaza maupun Pavillion. Berbagai barang dengan berbagai jenis ada disini, mulai dari barang-barang branded sampai dengan barang-barang imitasi. Di sini juga tersedia berbagai souvenir yang dapat dijadikan sebagai oleh oleh. Ada miniatur Menara Kembar Petronas dengan berbagai ukuran, gantungan kunci, cokelat Berryl, kaos Malaysia, tempelan kulkas dengan bentuk yang beraneka ragam, dll.
Salah satu tips membeli barang disini adalah harus pintar-pintar menawar. Disamping itu kita juga perlu membandingkan harga dari satu toko ke toko lain. Sebagai contoh, saya mendapatkan satu set gantungan kunci berisi 6, seharga RM 15, saya merasa harga tersebut sudah murah karena melalui tawar menawar yang susah. Tapi ternyata di toko lain di Sungai Wang dijual RM 8 saja, bahkan di Central Market hanya seharga RM 7.9 Saja.

Setelah puas berbelanja oleh-oleh, kemudian kami sadar kalau kami lapar. Atas saran Dari seorang pedagang souvenir, kami berburu kuliner di samping BB Plaza. Di sini tersedia berbagai kuliner. Dari makanan khas Malaysia, India, chinesse food, maupun makanan barat. Akhirnya kami memutuskan untuk makan nasi lemak ayam seharga RM 5.5 dan Es Teh Tarik seharga RM 3.9. Cukup mengenyangkan dan cukup enak. Dan yang pasti dijamin halalnya karena yang punya India Muslim.

Setelah makan malam, kami tidak langsung pulang. Kami kembali berburu oleh oleh, tetapi cukup di BB Plaza. Setelah capek, kami beristirahat di pinggir jalan. Sambil menikmati nuansa malam. Secara tidak sengaja, kami berkenalan dengan cowok Bandung yang bekerja di salah satu hotel berbintang 5 di Kuala Lumpur. Dari ceritanya, dapat kami ketahui bahwa gaji di sana sangat dihargai, meski dia tidak menyebutkan nominalnya, tapi dia bilang bahwa dia menyewa apartemen dengan uang sewa RM 1000 per bulan (Kebayang dong berapa gajinya kalo sewa apartemennya saja segitu). Kami juga sering melihat lowongan pekerjaan yang menawarkan gaji yang cukup menggiurkan, misalnya lowongan penjaga toko dengan gaji RM 1300 Per Bulan.
Tidak terasa kami cukup lama ngobrol dan kami harus segera pulang ke penginapan karena monorail terakhir pukul 12 malam. Untuk kembali ke penginapan kami menggunakan monorail ke KL sentral dan kemudian ganti dengan LRT ke Central market. Untuk diketahui, stasiun monorail di KL sentral terpisah dengan stasiun LRT dan KTM Komuter. Kami sempat kebingungan mencari stasiun LRT saat keluar dari stasiun monorail, tapi dengan sedikit usaha dan feeling kami menemukan stasiun LRT tersebut.

Keesokan harinya, kami terlambat bangun, padahal kami berencana pergi ke Genting Highland dengan menggunakan Bus Dari KL sentral pukul 8 pagi. Kami baru sampai di KL sentral pukul 8.15 dan bus ke genting sudah berangkat. Bus selanjutnya baru berangkat pukul 10.45. Kami sempat ditawari taxi RM 100 untuk pergi ke genting. Akan tetapi kami memutuskan untuk membatalkan rencana ke Genting dan mengganti untuk City Tour di Kuala Lumpur. (Kesalahan kami selanjutnya, Jam karet, kita harus ingat bahwa ini di KL, bukan di Jakarta. Jadwal Bus disini selalu tepat waktu).

Setelah berunding sambil makan nasi lemak yang kami beli di Seven Eleven seharga RM 1.3, kami memutuskan untuk pergi ke Batu Caves. Batu Caves ini terletak Sekitar 13 Km dari Kuala Lumpur dan dari KL Sentral dapat ditempuh selama 30 menit menggunakan KTM Komuter dengan ongkos RM 1. KTM komuter ini sejenis KRL di Jakarta dengan jadwal keberangkatan setiap 30 menit dan dengan tingkat ketepatan waktu yang tinggi serta kondisi yang bersih. Inilah yang membedakan antara KRL dengan KTM Komuter. Di setiap stasiun KTM Komuter dapat kita lihat jam berapa atau berapa menit bahkan detik lagi KTM Komuter selanjutnya akan datang.

Di dalam KTM Komuter kami sempat ketakutan karena di ticket, tujuan yang tertulis bukan Batu Caves, tetapi Stasiun Sentul. Padahal antara Stasiun Sentul dengan Stasiun Batu Caves masih jauh. Akan tetapi ternyata tidak masalah, karena saat keluar di stasiun Batu Caves kami tidak mengalami kendala.

Batu Caves – The Spirit of Hindu
Batu Caves merupakan pusat kegiatan agama Hindu India di Kuala Lumpur. Sehingga jangan heran jika kita akan menjumpai kuil-kuil disini dan banyak sekali orang India yang sedang beribadah di kuil. Di tempat ini akan kita jumpai patung/stupa Dewa Muruga setinggi 42.7m berwarna keemasan. Di pelatarannya dapat kita jumpai ratusan burung dara yang jinak, sehingga akan terbang menghampiri kita jika kita sebarkan makanan. Disamping ini di kawasan ini juga terdapat sekumpulan kera yang dianggap suci oleh masyarakat Hindu India.
Untuk mencapai pintu gua (caves) kita harus mendaki 272 anak tangga. Cukup melelahkan, karena tangganya cukup curam. Kami membutuhkaan waktu sekitar 10 menit untuk mencapai puncaknya. Dari puncak, kita dapat melihat pemandangan kota Kuala Lumpur yang cukup menarik. Sesampai di atas, kita dapat menjumpai beberapa kuil yang terpisah. Dan kita harus berjalan menuju ke dalam gua yang langit-langitnya cukup tinggi, sekitar 100 meter. Semakin ke dalam gua, kita dapat menjumpai ruangan terbuka dan beberapa kuil. Setelah merasa cukup untuk berfoto-foto, kami kembali ke bawah, karena teman-teman perempuan kami tidak ikut naik ke atas. Mereka lebih memilih untuk tetap di bawah dan berbelanja. Berhubung kereta selanjutnya akan berangkat 15 menit lagi, kami memutuskan untuk menyudahi dan meninggalkan Batu Caves. Tujuan kami selanjutnya adalah Central Market dan Chinatown.

Dari Batu Caves, kami kembali menggunakan KTM Komuter untuk mencapai Central Market. Kami sempat heran karena harga tiket dari Batu Caves-Kuala Lumpur lebih mahal, yaitu RM 2. Sedangkan pada saat berangkat dari KL Sentral-Batu Caves hanya RM 1.
Dari stasiun KTM Komuter Kuala Lumpur, kita harus berjalan sekitar 400 meter untuk mencapai Central Market. Sebelum memuaskan nafsu berbelanja, kami mengisi tenaga dulu di sebuah restoran India Muslim. Saya memilih menu Chicken Fried Rice seharga RM 5.5 dan Es Teh Tarik.

Central Market – Pusat Souvenir dan Hasil Kesenian Malaysia
Central Market merupakan pasar seni yang dibangun pada tahun 1888. Di pasar ini terdapat kios-kios yang menjual berbagai kerajinan tangan, barang-barang antik, souvenir, baju tradisional, batik dan Wau (yaitu laying-layang tradisional Malaysia).
Pada umumnya barang-barang yang dijual disini sudah tidak bisa ditawar. Akan tetapi harga yang ditawarkan sudah cukup murah. Dan jika kita membeli barang yang cukup banyak serta pintar-pintar mengajak ngobrol penjaga tokonya, sering kali kita akan mendapatkan diskon. Di Pasar ini, saya memperoleh Kaos Malaysia seharga RM 6, Gantungan kuci satu set (isi 6) seharga RM 7.9, Tas tangan sebagi oleh-oleh untuk kakak perempuan saya seharga RM 10, Cokelat Berryl berisi 3 batang seharga RM 11.9 dan Pashmina buatan Malaysia seharga RM 6.
Di pasar ini juga dijual berbagai macam batik, seperti batik-batik di Indonesia. Begitu pula keris dan barang-barang lain yang banyak di Indonesia.
Setelah cukup lama menghabiskan waktu berbelanja di Central Market, kami memutuskan untuk pergi ke Chinatown dan kembali ke penginapan.

Chinatown – Bargain Hunter Paradise
Seperti Chinatown di Singapura, Chinatown di Kuala Lumpur juga merupakan surga berbelanja barang-barang murah. Kita dapat menjumpai barang-barang murah yang dapat kita tawar seperti baju, sepatu, jam, kacamata, dan barang-barang imitasi lainnya. Kami tidak berbelanja sama sekali disini, Karena kami memang berusaha menutup mata dan telinga agar tidak tertarik dengan barang-barang yang ditawarkan karena kondisi keuangan kami yang memang sudah menipis. Kami hanya melewati untuk pergi ke penginapan kami. Mungkin lain kali saya akan berbelanja disini dan mengasah kemampuan saya dalam menawar barang. Tips penting untuk membeli barang disini adalah pintar-pintar menawar barang.
Setelah dari Chinatown kami langsung kembali ke Penginapan. Sebenarnya kami hanya ingin menaruh barang-barang kami dan melanjutkan city tour kami. Akan tetapi karena udara di luar sangat terik dan kami tergoda oleh AC kamar kami, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu sambil menunggu agar udara di luar tidak terlalu panas.
Setelah cukup beristirahat siang, kami melanjutkan perjalanan. Tujuan kami selanjutnya adalah ke Masjid Jameek yang merupakan masjid tertua di Kuala Lumpur. Akan tetai sebelum ke Masjid Jameek, kami harus kembali ke Central Market karena teman saya masih kurang membeli oleh-oleh.

Masjid Jameek – Masjid Tertua di KL
Untuk mencapai masjid jameek dari Central Market, kami menggunakan moda transportasi andalan kami di Kuala Lumpur, yaitu LRT. Cukup membayar RM 1, kami sudah dapat pergi ke Masjid Jameek.
Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, masjid Jameek merupakan masjid tertua di Kuala Lumpur. Dibangun pada tahun 1907 dan didesain oleh A.B Hubback (menurut brosur wisata kami). Kami tidak menghabiskan banyak waktu di masjid ini. Setelah cukup puas berfoto-foto, kami kemudian kembali jalan. Tujuan kami selanjutnya adalah makan malam dan Berbelanja di Bukit Bintang.

Dari Masjid Jameek, kita tidak dapat langsung pergi ke Bukit Bintang. Kita harus menuju stasiun Hang Tuah dengan menggunakan LRT dan dari LRT, kita harus transfer menggunakan monorail ke Bukit Bintang.

Kami makan malam di sebuah restoran Nasi Hainan di samping BB Plaza. Harga disini masih cukup terjangkau meskipun restoran ini cukup bagus dan agak terkesan mahal. Saya memilih untuk makan nasi ayam Hainan dengan es kacang. Untuk dua menu tersebut, saya tidak menghabiskan lebih dari RM 15 dan perut saya sudah kenyang.

Usai makan malam dan berbelanja di Bukit Bintang, kami kemudian pergi ke KLCC untuk kembali menikmati Menara kembar Petronas di waktu malam. Kami kembali menggunakan monorail dari Bukit Bintang menuju Bukit Nanas. Sebenarnya dari Bukit Nanas ke KLCC kita dapat mencapainya dengan berjalan kaki. Akan tetapi seorang teman saya memilih untuk naik LRT melalui stasiun Dang Wangi. Dan ternyata antar stasiun monorail Bukit Nanas dengan stasiun LRT Dang Wangi cukup jauh (Tau kalau jauh, mending ke KLCCnya jalan kaki aja).

Cukup lama kami menghabiskan malam di Menara Kembar Petronas. Setelah foto-foto dan beristirahat cukup lama di bawah menara petronas, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, karena waktu menunjukkan pukul 11 malam dan keesokan harinya kami harus pergi ke bandara pagi-pagi karena kami mendapatkan penerbangan pukul 07 waktu Malaysia (Maklum kami mencari penerbangan promo).

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates